Jasa Tukang Gerobak
Bukittinggi, 12 November 2015. Pelatihan Keterampilan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional SKK Ganto UNP. Saya dari Bahana, beserta kawan pers mahasiswa se-Indonesia. Saat dikasih tugas feature. Ini lah yang saya buat. Pemenang kategori tulisan terbaik satu orang. Namun, ka Chik Rini beri pertimbangan sekaligus minta pemenangnya dua orang. Grace Kolin dari LPM Pijar, saya temani jadi pemenang tulisan terbaik.
Saya berjalan di lorong-lorong lapak pedagang. Becek. Sebab beberapa hari yang lalu hujan mengguyur kota Bukittinggi. Jalanan di Pasar Bawah licin, berlumpur dan bau. Melewati los pedagang ayam, bau kotorannya menyengat hidung. Melewati pedagang ikan, bau amis. Diantara orang lalu lalang, beberapa orang mendorong gerobak. Beriringan. Gerobak bercat merah memuat beberapa barang. Ada sayur, kelapa dan barang lainnya. Mereka mengantar barang milik pedagang atau pembeli sesuai permintaan.
Ramli, 55 tahun bersuku melayu. Biasanya dipanggil Lebaigindo. Tubuhnya kurus, rahang menonjol. Ia tak muda lagi, wajahnya sudah dipenuhi garis-garis keriput. Ramli salah satu yang bekerja mengantar barang dengan gerobak. Ia mengayunkan tangannya meraih rokok. Sedang beristirahat menunggu datang permintaan.
Pasar bawah adalah tempat ia bekerja. Sebuah pasar tradisional di Kota Bukittinggi. Pasar ini tepat dibawah Pasar Atas, dibelakang ikon kota Bukittinggi, Jam Gadang. Seharinya para pedagang membuka toko kelontong, sayur, buah, daging, ikan dan aneka bahan masakan. Untuk tempatnya dibedakan berdasarkan barang yang dijual. Los beras, los ikan, los ayam dan lainnya.
Gerobak merahnya dititip di Pasar. Masih pagi, ia mengambil gerobak untuk bekerja. “Kalau pagi barang pedagang yang saya bawa masuk,” kata Ramli. Barang pangan datang daerah pertanian. Sehabis diantar oleh mobil angkutan, barang-barang itu dibawa masuk ke dalam pasar menggunakan jasa tukang gerobak. Tak semua barang yang ada di Pasar keluar masuk. Beberapa barang tetap disimpan dalam ruko-ruko yang telah disediakan.
Barang yang tak tahan lama seperti sayur, buah dan makanannya lainnya akan dijual kembali didaerah sekitar kota Bukittinggi. Yaitu di warung-warung kecil dijual eceran. Ada juga pemilik warung nasi belanja kebutuhan usahanya dalam jumlah besar. Sangat dibutuhkan jasa tukang gerobak untuk mengantar barangnya sampai keluar pasar. Tempat tujuan diantar barang, ke stasiun bayangan. Angkutan kota dengan warna merah banyak parkir menunggu penumpang. Bendi. Angkutan sejenis delman ditarik kuda. Atau ada yang langsung menjemput diluar pasar dengan kendaraan pribadi.
Sehabis mengantar barang, Ramli balik ke pasar. Di dalam pasar, ada titik kumpul jasa tukang gerobak. Banyak teman sejawat menunggu ditempat ini. Kedai kecil menjual mie goreng, mie rebus dan berbagai macam minuman. Namanya ‘Lapau Kopit’. Ada dua meja. Satu meja dengan dua bangku panjang. Berempat, jasa tukang gerobak yang lagi istirahat main batu. Permainan ini seperti domino segiempat. Dimeja kedua juga melakukan hal yang sama sambil minum kopi.
Nama titik kumpul ini los beras disesuaikan dengan nama tempatnya. Titik kumpul ini berguna untuk memudahkan pedagang atau pembeli yang ingin menggunakan jasanya.
SAYA WAWANCARA dengan Ramli yang sedang istirahat. Saat durasinya 12 menit, suara wanita memanggil Ramli. Hanya berjarak satu lapak. Zatmiaty, meminta Ramli mengantar satu jerigen air kelapa dan dua bungkus perasan santan ke pedagang es diluar pasar. Zatmiaty memakai baju warna hitam. Ampas kelapa menempel di celana, baju, wajah dan rambutnya.
“Sesuai rezeki masing-masing,” kata Anton.
Ramli memiliki seorang istri dan delapan anak. Tiga perempuan dan lima laki-laki. Dua anak perempuan pernah mengecap bangku kuliah, satu guru SD dan satu lagi perawat yang baru wisuda bulan 10 lalu. Anak perempuannya yang lain sedang kuliah jurusan komputer. Ramli biayai anaknya dari jasa antar barang. Istri Ramli bekerja di sawah. Biasanya Ramli membantu istrinya hanya hari minggu.
Jasa Tukang Gerobak
Oleh Eko Permadi
SATU
BAN
diapit dua besi. Besi ini sebagai tulang dari bak penampung. Besinya menjulur
dari depan hingga belakang tepat dibawah
bak. Kedua ujungnya sebagai kemudi. Lelaki
tua sedang mengemudikan gerobak
miliknya.
Saya berjalan di lorong-lorong lapak pedagang. Becek. Sebab beberapa hari yang lalu hujan mengguyur kota Bukittinggi. Jalanan di Pasar Bawah licin, berlumpur dan bau. Melewati los pedagang ayam, bau kotorannya menyengat hidung. Melewati pedagang ikan, bau amis. Diantara orang lalu lalang, beberapa orang mendorong gerobak. Beriringan. Gerobak bercat merah memuat beberapa barang. Ada sayur, kelapa dan barang lainnya. Mereka mengantar barang milik pedagang atau pembeli sesuai permintaan.
Ramli, 55 tahun bersuku melayu. Biasanya dipanggil Lebaigindo. Tubuhnya kurus, rahang menonjol. Ia tak muda lagi, wajahnya sudah dipenuhi garis-garis keriput. Ramli salah satu yang bekerja mengantar barang dengan gerobak. Ia mengayunkan tangannya meraih rokok. Sedang beristirahat menunggu datang permintaan.
Pasar bawah adalah tempat ia bekerja. Sebuah pasar tradisional di Kota Bukittinggi. Pasar ini tepat dibawah Pasar Atas, dibelakang ikon kota Bukittinggi, Jam Gadang. Seharinya para pedagang membuka toko kelontong, sayur, buah, daging, ikan dan aneka bahan masakan. Untuk tempatnya dibedakan berdasarkan barang yang dijual. Los beras, los ikan, los ayam dan lainnya.
Sudah 20 tahun ia bekerja disini.
Menghidupi keluarga dengan mendorong gerobak. Pagi, sebelum jam 7 pagi, Ramli
berangkat dari rumahnya menuju pasar. Rumah Ramli terletak di perkampungan
tambang batu putih. Di Kamang, Kabupaten
Agam sekira 12 kilometer ke Pasar Bawah. Dari Kamang, ia melaju menggunakan
angkutan kota. Berongkos 5 ribu. Pulang dari tempat kerja jam empat sore.
Gerobak merahnya dititip di Pasar. Masih pagi, ia mengambil gerobak untuk bekerja. “Kalau pagi barang pedagang yang saya bawa masuk,” kata Ramli. Barang pangan datang daerah pertanian. Sehabis diantar oleh mobil angkutan, barang-barang itu dibawa masuk ke dalam pasar menggunakan jasa tukang gerobak. Tak semua barang yang ada di Pasar keluar masuk. Beberapa barang tetap disimpan dalam ruko-ruko yang telah disediakan.
Barang yang tak tahan lama seperti sayur, buah dan makanannya lainnya akan dijual kembali didaerah sekitar kota Bukittinggi. Yaitu di warung-warung kecil dijual eceran. Ada juga pemilik warung nasi belanja kebutuhan usahanya dalam jumlah besar. Sangat dibutuhkan jasa tukang gerobak untuk mengantar barangnya sampai keluar pasar. Tempat tujuan diantar barang, ke stasiun bayangan. Angkutan kota dengan warna merah banyak parkir menunggu penumpang. Bendi. Angkutan sejenis delman ditarik kuda. Atau ada yang langsung menjemput diluar pasar dengan kendaraan pribadi.
Sehabis mengantar barang, Ramli balik ke pasar. Di dalam pasar, ada titik kumpul jasa tukang gerobak. Banyak teman sejawat menunggu ditempat ini. Kedai kecil menjual mie goreng, mie rebus dan berbagai macam minuman. Namanya ‘Lapau Kopit’. Ada dua meja. Satu meja dengan dua bangku panjang. Berempat, jasa tukang gerobak yang lagi istirahat main batu. Permainan ini seperti domino segiempat. Dimeja kedua juga melakukan hal yang sama sambil minum kopi.
Nama titik kumpul ini los beras disesuaikan dengan nama tempatnya. Titik kumpul ini berguna untuk memudahkan pedagang atau pembeli yang ingin menggunakan jasanya.
Yasril Koto, baru dua bulan dagang
rempah-rempah di Pasar Bawah. Lapaknya tepat disamping titik kumpul itu.
Katanya, disini tidak ada ketua untuk mengarahkan jasa tukang gerobak.
SAYA WAWANCARA dengan Ramli yang sedang istirahat. Saat durasinya 12 menit, suara wanita memanggil Ramli. Hanya berjarak satu lapak. Zatmiaty, meminta Ramli mengantar satu jerigen air kelapa dan dua bungkus perasan santan ke pedagang es diluar pasar. Zatmiaty memakai baju warna hitam. Ampas kelapa menempel di celana, baju, wajah dan rambutnya.
Sekali antar upahnya 5 ribu sampai 25 ribu
tergantung banyak barang. Pendapatan Ramli dalam sehari 40 ribu. “Kadang lebih,
pernah juga hanya pas makan,” ungkap Ramli.
Teman sejawatnya, Anton Tanjung dalam sehari dapat 50 ribu. Bervariasi.
Pernah juga ia mendapat 100 ribu.
“Sesuai rezeki masing-masing,” kata Anton.
Ramli memiliki seorang istri dan delapan anak. Tiga perempuan dan lima laki-laki. Dua anak perempuan pernah mengecap bangku kuliah, satu guru SD dan satu lagi perawat yang baru wisuda bulan 10 lalu. Anak perempuannya yang lain sedang kuliah jurusan komputer. Ramli biayai anaknya dari jasa antar barang. Istri Ramli bekerja di sawah. Biasanya Ramli membantu istrinya hanya hari minggu.
Comments
Post a Comment